Warung
sayur ini diberi nama oleh pemiliknya adalah warung sayur “Baroqah Mulia”.
Alasan pemilik nama Baroqah Muliah karena pemilik berharap agar warung ini
selalu diberi keberkahan oleh Allah SWT. Warung sayur berdiri dan resmi
ditinggali pemiliknya pada tanggal 27 Agustus 2016. Namun pemilik warung sayur
ini mulai berjualan ketika bulan September tepatnya tanggal 10 tahun 2016.
Awalnya usaha jualan sayur yang dirintis oleh mas Kholiswanto dan mkelilingba
Gendulik ini bermula dari berjualan sayur keliling dengan menggunakan motor.
Setelah berjualan sayur keliling selama 5 tahun, pasangan suami istri ini
memutuskan untuk menyewa tempat untuk dijadikan tempat berjualan sayur. Dengan
bantuan 12 orang pekerja akhirnya warung sayur ini dapat berdiri dan merupakan
tempat perbelanjaan sayur-mayur pertama dijln basuki rahmat 1 lorong posarara 3.
photo by Besse Fitriani
Usai
melakukan sholat subuh, mas Kholis mempersiapkan segala sesuatunya sebelum
berangkat ke ke agen penjual sayur yang ada di inpres. Mas kholis membawa 2
gabus yang nantinya digunakan untuk menyimpan ikan. Mas kholis hanya membuka
pintu depan saja, nanti pintu yang berikutnya akan dilanjutkan oleh sang istri.
Dengan peralatan seadanya, mas kholis menyusun gabus tersebut diatas gerobak
sayur yang ia miliki dan menggunakan karet untuk merekatkan gabus-gabus
tersebut agar tidak terbang tertiup angin saat berada dalam perjalanan.
photo by Besse Fitriani
Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, mas kholis pun berangkat dari warung pukul 05. 15 menuju inpres. Dengan menggunakan sepeda motor yang telah menemaninya selama 5. Mas Kholis bergegas untuk pergi berbelnja sayur- mayur, walaupun masih subuh dan udara masih terbilang dingin, hal ini tidak menyurutkan niat mas kholis untuk bekerja.
photo by Besse Fitriani
Selang
beberapa waktu sekitar setengah jam, mas Kholis tiba di agen penjual sayur yang
ada inpres. Terlebih dahulu mas Kholis menukar motornya dengan triseda milik
agen agar memudahkannya untuk membawa semua hasil belanjaanna. Karena sudah
terbiasa dengan mas kholis agan meminjamkan triseda miliknya karena menurut
beliau mas kholis adalah orang yang jujur dan selalu mengembalikan triseda ini
tepat waktu sehingga agen penjual sayur ini tidak segan untuk meminjamkan
triseda miliknya kepada mas Kholis.
photo by Besse Fitriani
Sebelum
membeli sayur, mas kholis terlebih dahulu membeli tahu dan ikan agar nanti
memudahkannya untuk mengatur sayur-sayur yang dibelinya. Tahu 1 baskom dan ikan
2 gabus yang sudah dibungkus-bungkus sudah cukup baginya mas Kholis untuk
dibawa pulang dan kembali dijual.
Setelah
tahu dan ikan, kini giliran memilih-milih sayur segar, mas Kholis sangat
cermat dalam memilih sayur sehingga
tidak mengecewakan para pelanggannya ketika berbelanja diwarung miliknya.
Walaupun kelihatannya mudah namun terkadang mas kholis menghela nafas karena
bingung jika melihat sayur-sayur sudah layu karena dia berfikir dia nanti akan
mengecewakan pelanggannya.
photo by Besse Fitriani
Triseda yang tadinya kosong kini terlihat ramai karena sudah terisi dengan tahu, tempe, ikan, berbagai macam sayuran mulai dari sayur kangkung kol, sayur bayam, sayur dau kacang , sayur daun ubu, dan masih banyak lagi tidak dapat disebutkan satu persatu.
photo by Besse Fitriani
Proses yang cukup lama dan sedikit melelahkan, akhirnya tibalah mas Kholis melakukan transaksi, ia memberikan uang kepada agen penjual sayur sebesar Rp 520.000 yang merupakan bentuk dari pembayaran dari berbagai sayur-mayur yang telah dibelinya. Walaupun jumlahnya cukup besar mas Kholis langsung membayarnya secara tunai tidak melalu kredit, sehingga hal inilah juga yang membuat agen tersebut percaya bahwa mas Kholis ini jujur dan benar-benar ingin menjalankan usaha jual sayur-mayur.
photo by Besse Fitriani
Dari
subuh, mas Kholis mulai pergi berbelanja ke inpres hingga tibalah dia dirumah
dan warung sayur miliknya sudah terlihat ramai. Satu persatu dia menurunkan
hasil belanjaannya yang telah dibawahnya dari inpres menuju basuki rahmat. Dan
setelah menurunkan semua hasil belanjanya mas kholis harus pergi lagi untuk
menukarkan triseda milik agen dengan motornya.
photo by Besse Fitriani
Karena sudah banyak sayur-mayur dan
masih segar-segar, pelanggan-pelanggan mas kholis berdatangan untuk membeli
sayur, mereka semua terlihat senang karena sayur-mayur yang baru dibawah mas
kholis masih segar-segar. Dan karena hal itu hampir setiap harinya ibu-ibu yang
berada dikompleks dekat dengan warung milik mas kholis semuanya berbelanja di
sini.
photo by Besse Fitriani
Inilah
cara mas kholis melayani pembelinya, terlebih dahulu beliau menimbang agar
tidak tejadi kekeliruan mengenai harga, cara menimbangnyapun sangat berbeda
dengan penjual pada umumnya, diman mas kholis memperlihatkan secara langsung
hasil timbangan serta menjelaskan harga pepaya perkilonya. Salah satu hal
inilah yang membuat ibu-ibu sering berbelanja diwarung miliknya dansepertinya
enggan berbelanja diwarung sayur yang lain. Selain dekat, penjualnya juga
jujur, terbuka dengan pebelinya dan sangat ramah kepada pelanggannya.
photo by Besse Fitriani
Walaupun
sibuk dengan pekerjaannya mas Kholis tidak melupakan kewajibannya sebagai
seorang ayah, walaupun sementara mengupas kelapa mas kholis tidak memarahi
anaknya yang sedang berdiri dibelakangnya dan mengusap-usap rambutnya, ia tidak
merasa terganggu dengan hal itu, malah hal tesebut membuatnya tersenyem
sehingga ia tidak memarahi anaknya dan membiarkan anaknya mengusap-usap
rambutnya, ia menganggap inilah bentuk kasih sayang yang ditunjukkan anakkepada
bapaknya.
photo by Besse Fitriani
Dari
subuh hingga malam, pembeli tidak ada hentinya. Jadi mau tidak maupun mas
kholis harus melayani pelanggannya dengan baik, walaupun tidak ada istirahat
mas kholis masih terlihat semangat dalam melayani pembeli. Dan sering kali
pembeli yang ingin membeli ikan menyuruh mas Kholis untuk mengambilkannya
karena ikan tersebut bau amis dan pembeli tidak mau jika tangannya kotor dan
bau. Tapi mas Kholis sudah menganggapnya biasa dan memang sudah kewajibannya
untuk melayani pembelinya dengan baik.
photo by Besse Fitriani
Sembari
menunggu pembeli datang, mas kholis sejenak beristirahat dan sesekali berkumpul
dengan keluarga kecilnya, melihat istri dan anaknya yang selalu berada
disampinya sudah cukup membuat bahagia dan segala penat dan lelah menjadi
hilang saat dirinya berkumpul seperti ini bersama keluarga, sesekali mas kholis
bersenda guaru dengan istrinya sehingga membuat kelucuan dan merupakan kebahagiaan
tersendiri bagi mas Kholis.
photo by Besse Fitriani
Usai bersama keluarga sejenak, mas
kholis kembali bekerja, agar ikan-ikan yang dibelinya tadi tidak busuk, mas
kholis menaburkan es batu. Satu persatu es batu dipecahkan yang kemudian
ditaburi diatas ikan –ikan yang berada dalam gabus. Terkadang palu yang
digunakan untuk memecahkan es batu mengenai tangannya ketika memukul es. Tapi
bagi mas Kholis itu adalah hal yang biasa.
photo by Besse Fitriani
Sebelum
menutup warungnya, mas Kholis dan istrinya terlebih dahulu membungkus-bungkus
dan memilih-milih lombok yang layak untuk dijual. Lagi-lagi ini karena beliau
tidak ingin mengecewakan pelanggannya. Bersama sang istri, mas Kholis sama
sekali tidak nampak lelah dan walaupun istrinya sedah mengantuk, istri mas
kholis tetap menemaninya dan membantunya membungkus-bungkus lombok.
photo by Besse Fitriani
Setelah
seharian bekerja dari matahari terbit hingga matahari tenggelam dan hingga
malam hari, pukul 21.05 adalah waktu untuk menutup warung dan cukup bagi mas
kholis bekerja hari ini. Esok adalah hari dimana ia harus kembali bekerja
sehingga mas Kholis memutuskan untuk beristirahat agar stamina dapat terjaga
dan agar dapat kembali bekerja keesokan harinya.
THE END